A. Pendahuluan
Ketika kami membaca tema Gereja sebagai Tubuh Kristus, maka tema ini langsung menarik perhatian kami. Lalu muncul berbagai pertanyaan dalam diri kami. Apa yang dimaksud dengan Gereja sebagai Tubuh Kristus? Bagaimana pemahaman Paulus, Bapa-bapa Gereja, Pius XII dan Konsili Vatikan tentang Gereja sebagai Tubuh Kristus?
Memang pengertian Tubuh Kristus sudah ada dan hidup dalam Gereja, namun pengertian Tubuh Kristus mengalami berbagai perbedaan pemahaman. Nah, untuk itu kami ingin mendalami materi ini sambil menguraikan dan membaginya dalam beberapa bagian: Pertama kami akan menguraikan secara singkat tentang perkembangan pandangan Gereja Sebagai Tubuh Mistik, kemudian pandangan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma dan I Korintus, serta Efesus dan Kolose; Pandangan Bapa-bapa Gereja; Pandangan Pius XII dan Konsili Vatikan kedua.
B. Perkembangan Pandangan
Paulus sudah berbicara tentang tubuh Kristus. Tetapi kata “Tubuh Mistik” baru dipakai dalam teologi untuk Gereja sejak kira-kira tahun 1160.[1] Sebelumnya istilah “Tubuh Mistik” dipergunakan untuk Ekaristi. Di situ kata mistik hampir sama dengan “Sakramentali”. Ekaristi adalah Tubuh Kristus dalam bentuk tanda sakramentali.
Gereja disebut Tubuh Kristus. Sebagai Tubuh Kristus karena Tubuh Kristus yang hadir ke dalam Ekaristi. Oleh karena itu Gereja sendiri lama-kelamaan disebut “Tubuh Mistik”, karena dibentuk dengan sakramen Ekaristi.
Tetapi, ketika Berengarius (998-1088) menyangkal bahwa Kristus sungguh hadir di dalam Ekaristi, orang mulai merasa segan untuk memakai istilah “Mistik” bagi tubuh dalam sakramen Mahakudus. Dengan istilah “Tubuh Mistik”, lalu dipergunakan untuk menunjuk Gereja; dan hubungan dengan Ekaristi semakin tidak terasa. Apalagi sejak para reformatores begitu menekankan segi rohani Gereja yang tidak dilihat, maka para teolog justru menekankan segi “kelihatan” dari Gereja.
Nanti pada zaman Johann Adam Monler (1796-1838) pengertian bagi sifat rohani Gereja mulai sadar lagi dan dengan demikian juga perhatian bagi Gereja sebagai Tubuh Kristus. Ia membandingkan Gereja dengan misteri penjelmaan Putera Allah dan memberikan arti yang baru kepada paham “tubuh” bagi Gereja.
C. Gereja sebagaiTubuh Kristus: Menurut Paham Paulus
C.1. Latar Belakang
Lambang Tubuh Kristus sebenarnya cukup jelas dalam surat-surat Paulus. Namun, perlu dibedakan paham Tubuh Kristus dalam surat Paulus kepada umat di Roma dan I Kor serta Efesus dan Kolose. Dalam Rom dan I Kor: kesatuan antara para anggota satu sama lain lebih ditekankan, sedangkan dalam Ef dan Kol perhatian lebih diarahkan kepada kesatuan Gereja (=tubuh) dengan Kristus (=Kepala). Latar belakang muncul ide di atas menurut beberapa pakar diambil oleh Paulus dalam Liturgi khususnya dalam permandian dan Ekaristi. Khususnya perjamuan suci dengan Tuhan yang mulia dipandang sebagai sumber inspirasi bagi Paulus untuk memandang Gereja sebagai Tubuh Kristus. “Kita menjadi satu tubuh karena kita mengambil bagian dalam satu roti itu” (I Kor 10:17)
C.2. Rom dan I Kor
Gereja Sebagai Tubuh Kristus merupakan sebutan yang lebih khas kristiani. Paulus menjelaskan maksud kiasan itu:
“sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak- anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh-demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (Ikor 12:12-13).
Dengan gambaran “tubuh” , Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat, kendatipun ada aneka karunia dan pelayanan (ay.7). Gereja itu satu. Ia menegaskan, bahwa “mata tidak dapat berkata kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau. Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: Aku tidak dapat membutuhkan engkau” (ay 21). Sebab”tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota” (ay 14). Maka ditarik kesimpulan:”Kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya” (ay 27). Hal yang sama dikatakan dalam surat kepada umat di Roma (12:4-5).
Dalam Rom 12 dan 1Kor dikemukakan tentang kesatuan para anggota satu sama lain. Tetapi tekanan yang diberikan di sini bukan pada fungsi masing-masing anggota, melainkan pada kesatuan kendati segala perbedaan. Dan kesatuan ini adalah kesatuan “dalam Kristus”. Kita yang banyak merupakan satu tubuh dalam Kristus (Rom 12:5); “Sebagaimana tubuh yang satu beranggotakan banyak, dan segala anggota betapa pun banyaknya merupakan satu Tubuh, demikian Kristus” (I Kor 12:12). Dalam kalimat terakhir itu sudah tidak dikatakan bahwa kita merupakan satu Tubuh “di dalam Kristus”, tetapi yang dimaksudkan adalah tepat sama,”Kita semua dipermandikan oleh Roh yang satu, menjadi satu tubuh (ay. 13&14). Kesatuan dalam Kristus dikerjakan oleh Roh Kudus dan khususnya melalui sakramen Permandian. Juga kalau Paulus berbicara mengenai keaneka-ragaman fungsi, yang dipentingkan adalah kesatuan. “Kamu sekalian merupakan Tubuh Kristus dan masing-masing anggota-anggotanya. (I Kor 12:27). Oleh karena itu, Konstitusi LG berkata,”Hidup Kristus dicurahkan ke dalam orang beriman yang melalui sakramen secara rahasia tetapi riil, dipersatukan dengan Kristus”. Inti-sari hidup Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah kesatuan dengan Kristus. Dan kesatuan itu adalah kesatuan dalam iman dan Roh Kudus yang dinyatakan dalam Sakramen, khususnya Permandian dan Ekaristi.
C.3. Ef dan Kol
Tetapi dalam surat kepada umat di Kolose dan Efesus gagasan ini dikembangkan lebih lanjut. Dalam Ef 1:23 dikatakan bahwa “jemaat adalah tubuh Kristus, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Bdk. Kol 1L18.24). di sini yang dimaksudkan bukanlah kesatuan antara para anggota jemaat, melainkan kesatuan jemaat dengan Kristus. Oleh karena itu Kristus juga disebut “kepala” Gereja (lih Ef 1:22; 4:15; 5:23). Hal itu jelas dari Ef 4: 16).
“Kristus adalah kepala. Dari pada-Nyalah seluru tubuh-yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Dari satu pihak, dipertahankan gagasan Paulus mengenai kesatuan dalam jemat, yang”diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya”. Tetapi dari pihak lain, dengan jelas dikatakan bahwa jemaat itu” menerima pertumbuhannya” dari Kristus, yang adalah kepala. Di sini pun masih dipergunakan bahasa kiasan, tetapi bukan sebagai perbandingan saja. Dengan gambaran tubuh mau dinyatakan kesatuan hidup antara Gereja dan Kristus. Gereja hidup dari Kristus, dan dipenuhi oleh daya ilahi-Nya (kol 2:10).[2]
Kalau Paulus menyebut Gereja “Tubuh Kristus” maka yang dimaksudkan adalah Gereja sebagai suatu organisme yang hidup karena daya-kekuatan Kristus. Ide ini dikembangkan dengan amat jelas dalam suratnya kepada umat di Efesus dan Kolose. Di situ dengan lebih jelas Gereja di sebut Tubuh Kristus (Ef 1:23; 4:12; 5:30; Kol 1:18). Kekhususan pandangan itu ialah bahwa Kristus sekarang disebut Kepala Gereja (Lih. Ef 1:22-23; 4: 15-16; 5:23) hal itu berarti:
- Kristus dan Gereja-Nya tidak dapat dipisahkan lagi (Ef 1:22-23).
- Gereja harus tunduk pada Kristus (EF. 5:23-24).
- Gereja hidup dari Kristus ( Ef 4: 15-16)
- Gereja dicintai dipelihara oleh Kristus (Ef 5: 29-30)
- Gereja diungkapkan dalam kesatuan tubuh (Kol 3:1; Ef 3, 6: 4, 3-4).
Dengan demikian, gambaran Ef-Kol agak berbeda dengan Rom-I Kor. Dahulu Gereja disebut “tubuh” karena kesatuan para anggota di dalam Kristus; sekarang yang menjadi pokok adalah kesatuan dengan Kritus itu yang menjadi kepala “tubuh yaitu Gereja” (Kol 1:18).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka menjadi pertanyaan untuk kita mengapa Paulus menyebut Gereja sebagai Tubuh Kristus? Agaknya ada tiga hal yang memberikan sumbangan:[3]
- Tubuh merupakan hasil karya penebusan Kristus (Ef 2:15-16) dan karenanya menjadi miliknya, menjadi tubuh kepunyaan Kristus.
- Tubuh itu dijiwai oleh Roh Kudus, tepatnya Roh Kristus, Roh yang dianugerahkan oleh-Nya.
- Dan khususnya dua sakramen: permandian dan Ekaristi yang mempersatukan oleh sebab menghubungkan orang dengan Kristus.
Sebab dalam permandian semua mengenakan Kristus (Gal 3:27). Dengan sakramen
permandian kita menjadi serupa dengan Kristus, sebab di dalam satu Roh kita semua dipermandikan menjadi satu tubuh (1Kor 12:13). Dengan upacara suci itu dilambangkan dan dilaksanakan kesatuan kita dengan wafat dan kebangkitan Kristus, sebab kita turut dimakamkan bersama Dia dengan permandian ke dalam wafat-Nya. Dan kalau telah dijadikan satu dengan kesamaan wafat-Nya, niscaya kita akan bersatu dengan kebangkitan-Nya juga (I Kor 6:45).[4]
Sedangkan melalui Ekaristi kita semua mengambil bagian dalam Tubuh dan Darah Kristus, kita diangkat bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita sendiri. sebab roti adalah satu, maka kita yang banyak menjadi satu tubuh, sebab kita sekalian mengambil bagian dalam roti yang satu itu (I Kor 10:17). Dengan demikian kita semua dijadikan anggota Tubuh itu.[5] Sebab Tubuh Yesus Kristus sendirilah disajikan sebagai makanan buat hidup kekal bagi semua orang yang ikut serta, dan darah Kristuslah yang mengalir ke dalam seluruh tubuh Gereja.
Orang beriman yang menjawab Sabda Allah dan menjadi anggota tubuh Kristus, dipersatukan secara erat dengan Kristus,”Dalam tubuh itu hidup Kristus dicurahkan ke dalam umat beriman. Melalui Sakramen-Sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan dimuliakan” (LG 7). Itu berlaku terutama untuk Pembaptisan, yang olehnya kita dipersatukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (dk Rom 6:4-5; 1Kor 12:13), dan untuk Ekaristi yang olehnya”Kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh Tuhan; maka kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita.” (LG 7).
D. Bapa-Bapa Gereja
Pada bagian kami juga mengemukakan pandangan dari beberapa Bapa-bapa Gereja tentang Gereja sebagai Tubuh Kristus:
- Ignatius dari Antiokhia mengatakan,”Dan masing-masing menjadi satu tubuh `dalam harmoni dari persekutuan, menghidupi dalam persekutuan dari Allah. Bermadah dalam satu seruan kepada Kristus Yesus, sehingga ia mengenali dan mendengar kamu. Itu kabar yang baik, yang untuknya kamu menjadi anggota Tubuh Kristus, dalam kesatuan yang tak terpisahkan untuk selalu menjadi bagian dari Allah.
- Agustinus: mengemukakan gambaran tentang Tubuh Kristus dengan tekanan khusus pada persekutuan mistik dan tak kelihatan, yang mengikat semua orang yang dihidupi oleh rahmat Kristus. Agustinus berbicara tentang Gereja yang tidak hanya meliputi dunia tetapi juga merangkum surga: malaikat-malaikat dan para kudus adalah anggota-anggota gereja yang berada di surga, Kristus sebagai kepala bersama dengan semua anggota-Nya merupaka satu keutuhan . Pada dasarnya tubuh itu tidak nampak karena ia meliputi juga malaikat-malaikat dan jiwa-jiwa yang tidak berbadan. Lebih lagi, ia bukan masyarakat yang terbatas, karena ia meliputi semua manusia yang dijiwai Roh Allah.[6]
- Santo Agustinus juga mengatakan,“Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak…Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara:Ia berbicara baik dalam peranan-Nya sebagai Kepala, maupun dalam peranan Tubuh. Apa yang tertulis? Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam; saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja’ (Ef 5:31-32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil: “Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging’(mat 19:6). Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya satu oleh hubungan perkawinan…sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita” (Agustinus, psal 74,4).
E. Gereja sebagai Tubuh Kristus:
Menurut Paus Pius XII[7]
Dalam tahun 1934 Pius XII mengeluarkan ensikliknya yang terkenal, yang di dalamnya ia mendefenisikan Gereja Yesus Kristus sebagai Tubuh Mistik Kristus, dan menetapkan bahwa Tubuh mistik itu identik dengan Gereja Katolik Roma[8]. Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa Pius XII menyebut Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus:
- Sebab Yesus adalah pendirinya.
Yesus mulai mendirikan Gereja dan membentuk kenisah yang ajaib ketika Ia menjelajahi tanah Palestina seraya mewartakan Injil di mana-mana. Pekerjaan mendirikan Gereja diselesaikan Yesus di kayu salib, sebagaimana sudah diajarkan oleh bapa-bapa Gereja. Di salib, Gereja dilahirkan dari lambung Juruselamat, sebagai Hawa Baru, bunda segala orang yang hidup. Sebab dalam Darah Tersuci Tuhan Yesus, Perjanjian Lama diakhiri dan Perjanjian Baru didirikan. Tandanya ialah terkoyaknya tirai dari atas sampai ke bawah ketika Yesus wafat. Waktu itu Yesus sudah memperoleh hak dan kuasa atas segala bangsa dan mulai melaksanakan tugas-Nya sebagai kepala Gereja. Di sana Yesus memperoleh rahmat dan hidup ilahi untuk sekalian orang.
Akhirnya, Gereja yang telah didirikan diperkenalkan secara mulia oleh Yesus sendiri dengan mengutus Roh Pentakosta. Karena sebagaimana Yesus sendiri diperkenalkan sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus dalam rupa seekor burung merpati, demikian pula Gereja-Nya diperkenalkan kepada dunia oleh turun-Nya Roh Kudus ke atas para rasul dalam lidah-lidah api.
Jadi, wajar kalau Gereja di sebut sebagai Tubuh Kristus karena persekutuan itu dibentuk oleh Yesus dan kepada-Nya diberikan pucuk pimpinan untuk menggembalakan, mengajar, dan menguduskannya.
- Sebab Yesus adalah Penjaganya.
Yesus senantiasa menjaga Gereja yang didirikan-Nya. Pujangga Gereja, Santo Belarminus manyatakan bahwa Kristus menjaga Gereja dan hidup di dalam-Nya sedemikian erat, seingga Gereja seolah-olah adalah Kristus. Demikian pula Santo Paulus sering menamai Gereja “Kristus”. Yesus hidup dalam Gereja dan menjaganya sedemikian rupa, sehingga St. Agustrinus pernah berkata, “Kristus mengkhotbahkan Kristus”. Yesus menjaga Gereja kerena kepada Gereja itu Ia senantisa dan tetap mempercayakan perutusanNya. “… seperti Bapa mengutus Aku, demikian Aku mengutus kamu… siapa yang mendengarkan kamu, mendengarkan Daku.” Yesus menjaga Gereja karena Ia telah mencurahkan kehidupan-Nya seperti cabang-cabang yang hidup dan bertumbuh pada pokok anggur (bdk. Yoh 6:57)”Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian barang siapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Barang siapa makan roti ini, akan hidup selama-lamanya.”
Yesus memberkati Gereja-Nya dengan Roh Kudus yang telah dicurahkan-Nya sebagai sumber segala rahmat dan kehidupan ilahi. “Roh Kristus” atau Roh Yesus adalah gaya hidup, yang menyebabkan Tubuh Mistik tetap hidup dan daripada roh ini anggota-anggota tubuh ini menerima sesuai “ukuran yang telah disediakan oleh Yesus” (bdk. Ef 1:8;4:7). Dan setelah Yesus masuk dalam kemuliaan Bapa, Ia mengutus Roh Bapa dan Roh-Nya secara mulia ke atas Gereja-Nya, terus-menerus sehingga umat-Nya makin menyerupai Juruselamat. Karena Yesus mengutus Roh Kudus maka Ia hadir dalam sekalian anggota dan membantu masing-masing seturut tugas dan kewajibannya. Demikian Yesus sungguh penjaga Gereja. Ia mempengaruhi Gereja dari dalam dan melalui Roh Kudus-Nya, yang menguduskan secara umum dan tiap anggota masing-masing. Pengaruh itu berlangsung sedemikian rupa, sehingga seperti Santo Paulus, Gereja berkata,”Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam Aku” (Gal 2:20).
- Sebab Yesus adalah Penyelamat.
Yesus menebus tubuh-Nya. Dalam suratnya kepada umat di Efesus, St. Paulus berkata,”…Kristus adalah kepala Jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh” (ef 5:23). Memang Yesus betul Penyelamat sekalian manusia, namun bukan semua manusia menikmati secara sama banyak keselamatan dan penebusan dari Yesus itu. Sebab itu St, Paulus berkata, “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (1 Tim 4:10). Lebih dari segala orang lain, Yesus dengan Darah-Nya telah membeli mereka yang adalah Tubuh-Nya. “Karena itulah jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah anak-Nya sendiri” (Kis 20: 28).
Pada bagian atas tadi, kita sudah melihat bagaimana Yesus telah mendirikan Tubuh Mistik-Nya di Kayu salib dan bagaimana Ia hidup secara istimewa dalam anggota-anggota tubuh ini, dan menentukan bagi tiap anggota ukuran rahmat-Nya. Jikalau Yesus telah turun ke dalam dunia untuk meluputkan yang hilang, menyelamatkan kita, maka hal ini dikerjakan-Nya terutama dalam mereka yang oleh Roh penghidup-Nya telah terhubung suatu tubuh yang ajaib: tubuh-Nya. Melalui permandian kita diangkat menjadi anggota yang hidup dalam tubuh ajaib ini. Karena Yesus yang telah mendirikan, menjaga dn menghantar kepada kesempurnaan dan kebahagiaan oleh-Nya dan Roh Kudus-Nya, ketika tubuh itu hadir di hadapan Allah Tritunggal Maha Kudus di rumah Bapa.
4. sebab Yesus adalah Kepalanya
Di samping tiga alasan di atas: Pendiri, penjaga, penyelamat salah satu alasan yang menyebabkan kita menyebut gereja sebagai Tubuh Kristus, yakni sebab Kristus dipandang oleh Gereja sebagai kepalanya. Kalau Yesus disebut kepalanya maka jelas Gereja adalah Tubuh Kristus. Hal ini bisa ditemukan dalam Kitab Suci,”Orang yang tidak berpegang kepada kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahi” (9 Kol 2:19). Dalam Kitab Suci, oleh Tuhan sendiri, hubungan antara Yesus dan jemaat digambarkan dengan ungkapan kepala Tubuh
Dengan meninjau Kitab Suci dan dengan mempertimbangan ajaran Bapa-bapa gereja, maka kita akan menemukan suatu gambaran indah dan nyata tentang kemesraan/kehidupan Yesus dalam kita dan kita dalam Dia.
a. Yesus adalah kepala karena kemuliaan-Nya, tinggi-Nya
Di antara makhluk ciptaan dan orang-orang yang tertebus, siapakah yang semulia Yesus, Putera Bapa Abadi dan serentak Putra dari Bunda yang tak bernosa, Santa Perawan Maria?
Sungguh, seperti kepala kita yang bersinar di tubuh kita, yang menjadi perhiasaan, yang memberikan kemuliaan dan keindahan kepada tubuh, demikianlah Yesus berada di tengah umat Allah sebagai yang bernilai, yang terindah, yang termulia, dan yang menjadi kehormatan dan kemuliaan umat Allah.
b. Yesus adalah kepala karena pemerintahan-Nya
Yesus telah mengajari Gereja dengan kata-kata yang tak akan berlalu meskipun langit dan bumi akan berlalu dan binasa. Dan untuk melanjutkan ajaran ini, maka Yesus memberikan kepada para Rasul tiga jenis kuasa, yaitu kuasa untuk mengajar, untuk memerintah dan untuk menguduskan atas nama-Nya. Kuasa itu kemudian berpindah kepada pengganti-pengganti para Rasul dan seterusnya sampai akhir zaman. Meskipun demikian sampai saat ini Kristus masih tetap memerintah Gereja dari surga. Kristus sang kepala tetapi memegang tampuk kepemimpinan. Katanya,”Aku akan besertamu sampai akhir zaman.” Jadi, dapat dikatakan bahwa Yesus memerintah kita baik secara tidak kelihatan maupun secara kelihatan. Atas cara yang tidak kelihatan Ia memerintah kita dalam hati kita. Dalam batin dan jiwa Kristus memimpin sekalian anggota dan seluruh Gereja sebagai satu-satunya Gembala yang baik.
Dan atas cara yang tampak, Kristus sebagai pemimpin seluruh Gereja-Nya melalui Pengganti Petrus: Sri Paus di Roma, dan setiap bagian gereja dipimpin oleh Uskup-uskup sebagai pengganti para rasul.
c. Yesus kepala di mana ada saling bergantungan antara Kepala dan Tubuh, antara Dia dan Gereja.
Bagi tubuh manusia, berlakulah perkataan Santo Paulus: Kepala tidak dapat berkata kepada kaki,”Aku tida membutuhkan engkau”. Demikian juga Yesus dengan Gereja. Yesus menegaskan,”Tanpa Aku, kamu tak dapat berbuat apa-apa.” Naskah santo Paulus sendiri menegaskan bahwa seluruh Gereja bertumbuh dan berkembang hingga mencapai kepenuhan yang telah direncanakan Tuhan baginya oleh pengaruh dan kekuatan yang datang dari Kepala, yaitu Kristus Yesus. Akan tetapi sama benar juga bahwa kepala memerlukan anggota. Sebenarnya ketergantungan mutlak ini tidak perlu tetapi Tuhan telah mengatur sedemikian. Kristus memerlukan anggota supaya dalam dan melalui mereka, Ia dapat memerintah Gereja atas cara yang nyata sesuai kodrat manusia.
d. Persamaan juga ada antara Kepala Gereja dan Gereja, seperti seharusnya terdapat antara kepala dan Tubuh.
Ini merupakan suatu rahasia yang ajaib. Yesus Allah Putera sebenarnya telah menjadi manusia. Ia sungguh saudara kita dalam tubuh manusiawi yang sama, yang rapuh, yang rentan terhadap sengsara dan kematian. St. Paulus mengatakan bahwa Ia menyerupai kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ia menyerupai kita supaya kita dapat memperoleh partisipasi pada kehidupan-Nya yang ilahi,”Sebab samua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya, supaya Ia anak-Nya yang sulung di antara banyak saudara” (Rom: 8:29.
F. Konsili Vatikan II:
Konsili berbicara panjang lebar mengenai Tubuh Kristus. Akan tetapi ada dua kesulitan yang dihadapi yang membuat Konsili agak hati-hati dengan istilah “Tubuh Kristus. Di bawah ini akan diuraikan dua kesulitan:[9]
- Paham “Tubuh mistik Kristus” sebagaimana dipakai dalam ensiklik Pius XII ‘Mystici Corporis’ (1943). Dalam Ensiklik itu dijelaskan bahwa Gereja disebut Tubuh mistik Kristus, karena dengan istilah itu “Tubuh sosial Gereja, yang kepala dan pemimpinnya adalah Kristus, dapat dibedakan dari Tubuh fisik Kristus, yang lahir dari santa Perawan Bunda Allah dan yang sekarang ada di sebelah kanan Bapa serta menyembunyikan diri di bawah selubung Ekaristi, dan juga dapat dibedakan dari Tubuh kodrati, entah berbadan fisis entah berbadan moral. Dalam berbadan moral prinsip kesatuan adalah tujuan bersama serta kerja sama dari semua bagi suatu tujuan tersebut di bawah pimpinan yang berwewenang. Dalam tubuh mistik masih ada prinsip lain kecuali kerja sama itu, yakni Roh Kudus. Walaupun dengan istilah dimaksudkan Roh Kudus, namun karya Roh Kudus terutama dilihat dalam susunan Organisatoris Gereja. Gereja adalah suatu lembaga; hanya bukan lembaga moral biasa. Sebab princip kesatuannya adalah daya kekuatan Roh Kudus.
Sedangkan dalam pandangan Lumen Gentium berbeda sekali. Di sini Roh Kudus pertama-tama adalah menghubungkan orang dengan Kristus. Hal ini berarti Gereja mendapat bentuk sosial yang nyata. Tapi itu bukan yang utama. Yang utama adalah kesatuan dengan Kristus. Ensiklik Mystici Corporis menerangkan bahwa Gereja adalah suatu tubuh, badan, kemudian dikhususkan bahwa Tubuh itu adalah Kristus. Sedangkan jalan pikiran Lumen Gentium sebaliknya: dimulai dengan membicarakan kesatuan Gereja dengan Kristus.
- Kesulitan kedua: dengan faham Tubuh Kristus sering membuat orang seringkali mudah untuk memberi kesan seolah-olah Gereja identik dengan Kristus. Untuk menghindari kenyataan ini, maka dalam LG no a.7 lambang tubuh dilengkapi dengan lambang mempelai. Dalam lambang “tubuh” ditekankan kesatuan dan kesamaan Kristus dengan Gereja.Oleh karena itu perlu melengkapi lambang itu dengan gambaran “mempelai”, yang lebih mengungkapkan perbedaan dan kepribadian masing-masing. Di dalam kekhususan dan perbedaan terlaksana kesatuan cinta kasih.
Kesatuan antara Kristus dan Gereja, Kepala dan anggota-anggota tubuh, berarti juga bahwa kedua-keduanya memang berbeda satu dari yang lain, tetapi berada dalam hubungan yang sangat pribadi. Aspek ini sering dinyatakan dengan gambar mempelai Pria dan wanita. Bahwa Kristus adalah pengantin Pria dari Gereja, telah dinyatakan oleh para nabi, dan Yohanes Pembaptis mengumumkannya (bdk. Yoh 3:29). Tuhan sendiri menyebut diri sebagai “Pengantin Pria” (Mrk 22:1-14; 25: 1-13). Sang Rasul melukiskan Gereja dan setiap umat beriman, yang adalah anggota Tubuh Kristus, sebagai seorang mempelai wanita, yang ia tempatkan sebagai “tunangan” Kristus Tuhan, supaya ia menjadi satu roh dengan Dia (bdk. 1kor 6:15-17). Ia adalah pengantin wanita tanpa cacat dari Anak Domba tanpa cacat (why 22:17), yang “Kristus… kasihi dan untuknya Ia telah menyerahkan diri-Nya,… untuk menguduskannya” (Ef 5: 25-26), yang telah Ia ikat dengan diri-Nya melalui perjanjian abadi, dan seperti yang Ia rawat seperti tubuh-Nya sendiri (bdk Ef 5:29).
Karena itu dalam LG 8 dibicarakan tentang Gereja yang kelihatan dan sekaligus rohani. Konsili mengatakan bahwa”Gereja kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, oleh Kristus satu-satunya Pengatara dibentuk dan terus-menerus dipelihara di dunia sini himpunan yang kelihatan, dan melalui Gereja itu Ia menyebarkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang”.[10]
Titik pangkal pembicaraan Konsili di sini adalah Karya keselamatan Allah. Gereja adalah kumpulan Orang beriman. Maka perlu ditandaskan kesatuan antara segi sakramen dan segi misteri. Segi sakramen dirumuskan sebagai sebagai (1). Serikat yang disusun dengan jabatan hirarkis; (2). Perkumpulan yang tampak; (3). Gereja duniawi. Sedangkan segi misteri: (1). Tubuh mistik Kristus; (2) Persekutuan rohani; (3). Gereja yang dipengaruhi anugerah- anugerah surgawi.
Di sini menjadi jelasaTubuh Mistik Kristus justru dimasukan dalam kategori misteri rohani dan tidak kelihatan. Lain dengan Mystici Corporis yang justru menekankan segi organisatoris-kelihatan. Namun perlu diingat bahwa kata pesekutuan rohani tidak dilawankan dengan jasmani melainkan harus dihubungkan dengan Roh Kudus, sebaliknya dengan Gereja yang diperkaya dengan anugerah-anugerah surgarwi. Dan kedua unsur ini perlu menekankan segi misteri.
Demikian Konsili menyebut Gereja sebagai Tubuh Kristus pertama dan terutama karena dipersatukan dengan Kristus. Gereja adalah Tubuh Kristus karena mengambil bagian dalam hidup Kristus. Tekanan ada pada Kristus, tidak pada Tubuh. Karena itu, Paulus juga tidak menonjolkan keaneka-ragaman anggota melainkan kesatuan. Gereja disebut Tubuh Kristus sebab Kristus menghidupkan dan mempersatukan para anggota Gereja.
Paulus dan Konstitusi menekankan hal kesatuan: tetapi, persoalan yang dihadapi berbeda. Soal yang dihadapi Paulus adalah perbedaan fungsi dan kharisma membahayakan kesatuan Gereja; oleh karena itu, Paulus menekankan kesatuan dalam semua fungsi dan jabatan yang berbeda itu. Dan soal yang dihadapi Gereja, yaitu tidak ada bahaya soal kharisma-kharisma dimana akan memecah belah Gereja. Yang menjadi bahaya ialah kesatuan disamakan dengan keseragaman; bahaya bahwa kemungkinan untuk mengembangkan Gereja dan hidup menurut keadaan dan kebutuhan Gereja setempat kurang dindahkan. Jadi Konsili mau menekankan perbedaan dan kelainan yang terdapat di dalam Gereja dikerjakan oleh satu Roh yang sama, yang mempergunakan semua itu demi perkembagan Gereja seluruhnya,”Ada satu Roh yang menyebarkan bermacam-macam karunia-Nya sekadar kekayaannya dan menurut kebutuhan pelayanan bagi kemanfaatan Gereja.[11]
G. Penutup
Setelah mendalami dan membahas Tema Gereja sebagai Tubuh Kristus, maka dalam bagian penutup ini kami mengemukakan kembali beberapa hal yang menjadi inti pembahasan kami dalam paper ini.
Dalam surat Paulus yaitu Roma dan I Kor, yang menjadi inti ialah: kesatuan antara para anggota satu sama lain lebih ditekankan, dan dan dalanEf- Kol di sana yang menjadi inti ialah: perhatian lebih diarahkan kepada kesatuan Gereja (=tubuh) dengan Kristus (=Kepala). Dan dalam Bapa-bapa misalnya Agustinus: bila berbicara tentang Tubuh Kristus maka ia akan memberikan tekanan khusus pada persekutuan mistik dan tak kelihatan, yang mengikat semua orang yang dihidupi oleh rahmat Kristus. Sebaliknya pada masa Paus Pius XII: melalaui ensikliknya ia menekankan, Gereja Yesus Kristus sebagai Tubuh Mistik Kristus, dan menetapkan bahwa Tubuh mistik itu identik dengan Gereja Katolik Roma. Dengan demikian ia menekankan unsur kelihatan dari Gereja. Dalam Kon. Vat. II ditekankan tentang Gereja sebagai sakramen dan misteri, dan Kristus sebagai Kepala dan Mempelai. Semoga melalui Paper sederhana ini membantu kita menghayati Gereja sebagai Tubuh Kristus dalam kehidupan bersama, dan menghayati kembali melaui pembatisan yang telah kita terima dan melalui perayaan Ekaristi yang setiap hari kita rayakan.
Boumans, Boumans. Telaah Tentang Ensiklik Tubuh Mistik Kristus Paus Pius XII, cet-2 (Jakarta: Celesty Hieronika, 2000)
Jacobs, Tom. Gereja Menurut Perjanjian Vatikan II, cet-5 (Yogyakarta –Kanisius, 1994)
Jacobs, Tom Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (Yogyakarta: Kanisius, 1970)
————— Gereja Menurut Perjanjian Baru (Yogayakarta: Kanisius, 1998)
Brown E. Raymond, Gereja Yang Apostolik ( Yogyakarta: Kanisius, 1998)
Dok. Konsili Vatikan II, Tonggak Sejarah Pedoman Arah (Jakarta: DOKPEN MAWI, 1983)
KWI, Katekismus Gereja Katolik (Jakarta: Kanisius dan Obor, 1997)
Tetapi dalam surat kepada umat di Kolose dan Efesus gagasan ini dikembangkan lebih lanjut. Dalam Ef 1:23 dikatakan bahwa “jemaat adalah tubuh Kristus, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Bdk. Kol 1L18.24). di sini yang dimaksudkan bukanlah kesatuan antara para anggota jemaat, melainkan kesatuan jemaat dengan Kristus. Oleh karena itu Kristus juga disebut “kepala” Gereja (lih Ef 1:22; 4:15; 5:23). Hal itu jelas dari Ef 4: 16).
“Kristus adalah kepala. Dari pada-Nyalah seluru tubuh-yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Dari satu pihak dipertahankan gagasan Paulus mengenai kesatuan dalam jemat, yang”diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya”. Tetapi dari pihak lain dengan jelas dikatakan bahwa jemaat itu” menerima pertumbuhannya” dari Kristus, yang adalah kepala. Di sini pun masih dipergunakan bahasa kiasan, tetapi bukan sebagai perbandingan saja. Dengan gambaran tubuh mau dinyatakan kesatuan hidup antara Gereja dan Kristus. Gereja hidup dari Kristus, dan dipenuhi oleh daya ilahi-Nya (kol 2:10).[12]
Gereja adalah persekutuan dengan Yesus
- Sejak awal, Yesus membiarkan para Murid-Nya mengambil bagian dalam kehidupan-Nya (bdk. Mrk1:16-20; 3:13-19), Ia menyingkapkan bagi mereka misteri Kerajaan Allah (bdk. Mat 13: 10-17) dan memberikan kepada bagian dalam perutusan-Nya, dalam kegembiraan-Nya (bdk Luk 10:17-20) dan dalam kesengsaraan-Nya (bdk. Luk 22: 28-30). Yesus berbicara mengenai hubungan akrab antara Dia dan mereka, yang mengikuti Dia,”Tinggalah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:4-5). Dan Ia menyatakan suatu persekutuan yang penuh rahasia dan real antara tubuh-Nya dan tubuh kita,”Barang sipa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:56). (787)
- Ketika ia tidak hadir lagi secara kelihatan di tengah murid-murid-nya, Yesus tidak meninggalkan mereka sebagai yatim piatu (bdk. Yoh 14:18). Ia menjajikan, tinggal beserta mereka sampai akhor zaman (bdk. Mat 28:20), dan mengutus kepada mereka roh-nya (Bdk. Yoh 20:22). Dalam arti saudara-saudarinya dari segala bangsa, dan dengan mengurniakan Roh-Nya ia secara gaib membentuk mereka menjadi Tubuh-Nya” (LG 7). 788
- Perbandingan Gereja dengan tubuh menyoroti hubungan yang mesra antara gereja dan Kristus. Gereja tidak hanya terkumpul di sekeliling-Nya, tetapi dipersatukan di dalam Dia, dalam tubuh-Nya. Tiga aspek gereja sebagai Tubuh Kristus perlu ditonjolkan secara khusus: kesatuan semua anggota satu dengan yang lain oleh persatuannya dengan Kristus; Kristus sebagai Kepala tubuh; Gereja sebagai mempelai Kristus. 789
Tubuh yang satu-satunya
- Kesatuan Tubuh tidak menghapus perbedaan antara anggota-anggota,”Dalam pembentukan Tubuh Kristus berlaku perbedaan anggota dan tugas. Satu Roh yang membagi-bagikan anugerah-nya yang bermacam-ragam, sesuai kekayaan-Nya dan sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan pelayanan, demi kepentingan Gereja”. Kesatuan Tubuh Mistik menyebabkan dan mengembangkan di antara kamu beriman cinta satu sama lain,”Maka, bila ada satu anggota yang menderita, semua anggota ikut menderita; atau bilasatu anggota dihormati, semua anggota ikut bergembira” (LG 7). Kesatuan Tubuh Mistik mengatasi segala pemisahan antar manusia,”Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tida ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus”(Gal 3:27-28).791
Gereja adalah Mempelai Kristus.
Kesatuan antara Kristus dan Gereja, Kepala dan anggota-anggota tubuh, berarti juga bahwa kedua-keduanya memang berbeda satu dari yang lain, tetapi berada dalam hubungan yang sangat pribadi. Aspek ini sering dinyatakan dengan gambar mempelai Pria dan wanita. Bahwa Kristus adalah pengantin Pria dari Gereja, telah dinyatakan oleh para nabi, dan Yohanes Pembaptis mengumumkannya (bdk. Yoh 3:29). Tuhan sendiri menyebut diri sebagai “Pengantin Pria” (Mrk 22:1-14; 25: 1-13). Sang Rasul melukiskan Gereja dan setiap umat beriman, yang adalah anggota Tubuh Kristus, sebagai seorang mempelai wanita, yang ia tempatkan sebagai “tunangan” Kristus Tuhan, supaya ia menjadi satu roh dengan Dia (bdk. 1kor 6:15-17). Ia adalah pengantin wanita tanpa cacat dari Anak Domba tanpa cacat (why 22:17), yang “Kristus… kasihi dan untuknya Ia telah menyerahkan diri-Nya,… untuk menguduskannya” (Ef 5: 25-26), yang telah ia ikat dengan diri-Nya melalui perjanjian abadi, dan seperti yang ia rawat seperti tubuh-Nya sendiri (bdk Ef 5:29)
“Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak…Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara:Ia berbicara baik dalam peranan-Nya sebagai Kepala, maupun dalam peranan Tubuh. Apa yang tertulis? Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam; saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja’ (Ef 5:31-32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil: “Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging’(mat 19:6). Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya satu oleh hubungan perkawinan…sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita” (Agustinus, psal 74,4).
Ignatius dari Antiokhia mengatakan,”Dan masing-masing menjadi satu tubuh `dalam harmoni dari persekutuan, menghidupi dalam persekutuan dari Allah. Bermadah dalam satu seruan kepada Kristus Yesus, sehingga ia mengenali dan mendengar kamu. Itu kabar yang baik, yang untuknya kamu menjadi anggota Tubuh Kristus, dalam kesatuan yang tak terpisahkan untuk selalu menjadi bagian dari Allah.
Beberapa pengertian Tubuh Kristus
- Berarti memanggil kita kepada Tubuh Kristus di atas kayu salib (Rom 7:4), kemudian ungkapan Tubuh Kristus juga menunjuk Ekaristi (Ikor 11:24; Ikor 10:16-17), juga umat beriman sendiri, yang dipersatukan dengan Kristus sebagai tubuh-Nya (Ikor 12:27). Jadi, Ketiga unsur itu menunjukan dinamika kehadiran Kristus di dunia.
- Gereja sebagai Tubuh Kristus menunjuk: kenyataan bahwa Gereja itu ada dalam persekutuan dengan Kristus yang baru, dan dalam Kristus setiap anggota menjadi satu bagian yang tak terpisahkan satu dari yang alian (Yoh 15:1-8).
- Ungkapan yang sama menunjuk pada kenyataan bahwa Yesus Kristus adalah kepala Gereja (Ef 5:23; 1:22; Kol 1:18; 1:24 dan 2:19). Namun kenyataan ini tidak boleh membuat kita mengidentifikasi Gereja sama dengan Kristus sendiri. Karena Gereja sebagai persekutuan umat beriman hanya bisa menjadi Tubuh Kristus dalam kesetiaan akan perintah-perintah-Nya
Perlu diperhatikan bahwa teks-teks Kitab Suci mengenai Tubuh Kristus berbicara mengenai Kristus yang mulia. Tuhan yang mulia “dengan mengaruniakan Roh-Nya secara gaib membentuk orang beriman menjadi Tubu-Nya (LG 6). “Dialah damai –sejahtera kita” (Ef 2:14). Dia yang dalam Injil Yohanes telah bersabda,”Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh 12:32).
Dalam arti sesungguhnya, proses pembentukan Tubuh baru mulai dengan peninggian Yesus, yakni dengan wafat dan kebangkitan-nya. Tetapi itu tidak berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut pautnya dengan pembentukan Gereja. Sebab Gereja berakar dalam seluruh sejarah keselamatan Tuhan, dan terbentuk secara bertahap. Dalam Proses pembentukan itu wafat dan kebangkitan Kristus, beserta pengutusan Roh Kudus, merupakan peristiwa-peristiwa yang paling menentukan.
[1] Hans Kung, The Church (Burn dan Oates, 1967), hlm. 234, dalam T. Jacobs, Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (Yogyakarta: Kanisius, 1970), hlm 182.
[2] KWI, Katekismus Gereja Katolik
[3] Bdk. D. Deden, Tentang Gereja (Semarang: Yayasan Kanisius, 1968), hlm. 55.
[4] Tom Jacobs, Konstitusi Dogmatis….hlm. 179.
[5] Ibid.,….hlm. 179.
[6] Avery Dulles, Model-model Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 48.
[7] Bdk. Josef Boumans, Telaah Tentang Ensiklik Tubuh Mistik Kristus Paus Pius XII, cet-2 (Jakarta: Celesty Hieronika, 2000), hlm. 12-23.
[8] Avery Dulles, Model-model Gereja… hlm. 49.
[9]Bdk. Tom Jacobs, Gereja Menurut Perjanjian Vatikan II, cet-5 (Yogyakarta –Kanisius, 1994), hlm. 21-22.
[10] Dok. Konsili Vatikan II, Tonggak Sejarah Pedoman Arah (Jakarta: DOKPEN MAWI, 1983), hlm. 71.
[11] Bdk. Tom Jacobs, Konstitusi Dogmatis….hlm. 186-187.
[12] KWI, Katekismus Gereja Katolik